12 Februari 2010

Hikmah Kebersyukuran

Dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita merasa tidak sadar bahwa banyak sekali keluhan yang kita keluarkan. Keluhan-keluhan itu biasanya berkaitan dengan keadaan diri kita yang seringkali kita anggap “kurang”. Rasa “kurang” yang kita miliki sering kali juga mengalahkan kelebihan yang kita punyai, sehingga kita kerap melupakan perasaan bersyukur atas apa yang kita miliki dan apa yang telah Tuhan berikan kepada kita.

Berkaitan dengan itu semua, mungkin kita perlu merenung mengenai apa yang kita miliki. Kekurangan dan kelebihan yang kita punyai tentunya sudah di-“program” oleh Yang Maha Kuasa untuk kebaikan kita sendiri.

Beberapa dari kita mungkin sudah mengetahui sebuah cerita klasik dari negeri China mengenai seorang raja yang akhirnya bersyukur karena memiliki kekurangan. Berikut cerita lengkapnya… … …

========================================

Pelajaran dari China mengatakan… Fan Shi Gan Ji… (apapun yang terjadi… Bersyukurlah !!!)

Pada jaman dahulu kala, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja yang sangat menyukai olah raga berburu. Suatu hari, dengan ditemani oleh para prajurit dan orang-orang kepercayaannya, ia pergi menuju sebuah hutan rimba untuk berburu. Sayangnya, karena kecerobohannya ia memotong jari tangannya sendiri dengan pisaunya yang sangat tajam hingga jari kelingkingnya terputus dari tangannya. Sang raja menjadi sangat marah dan memanggil salah seorang penasehatnya untuk menanyakan pertanda apakah yang akan terjadi. Sang penasehat berupaya menenangkan raja tersebut, akan tetapi sang raja tetap merasa marah dan sedih karena kehilangan jari kelingkingnya.

Tak tahu lagi apa yang harus disampaikan, penasehat tersebut akhirnya mengatakan, “Yang Mulia, Fan Shi Gan Ji… Apapun yang telah terjadi, anda harus tetap mensyukurinya.”

Mendengar komentar yang disampaikan penasehat kepercayaannya yang seperti itu, sang raja teramat murka. “Komentar macam apa itu? Aku mendapatkan kecelakaan, masa nasehatmu malah memintaku untuk bersyukur???”. Dan kemudian dengan murkanya ia menjebloskan sang penasehat ke dalam penjara kerajaan.

Hari berganti hari. Kehilangan jari kelingkingnya tidak semerta - merta menghilangkan kebiasaannya untuk berburu. Suatu hari, raja tersebut dengan ditemani oleh penasehat barunya serta sepasukan prajurit pilihannya pergi untuk berburu. Tanpa diduga, saat sedang berada di tengah hutan belantara, ia dan penasehatnya terpisah dengan sebagian besar pasukannya. Tiba-tiba datang segerombolan orang barbar menangkap mereka. Keduanya, baik raja maupun penasehat tertangkap dan dibawa ke tempat suku tersebut untuk dikorbankan untuk para dewa suku barbar tersebut.

Sebelum upacara pengorbanan dimulai, baik raja maupun penasehatnya akan dimandikan dan diberi wewangian terlebih dahulu. Dan pada saat giliran raja tersebut akan dimandikan, mereka menemukan keganjilan, di mana jari kelingking raja tersebut tidak ada. Berdasarkan adanya “kecacatan” pada tubuh si raja, maka raja tersebut tidak cocok untuk dijadikan “hadiah” bagi para dewa. Akhirnya, mereka “membuang” sang raja dan melepaskannya sendirian di hutan belantara. Sedangkan si penasehat baru sang raja tadi dikorbankan kepada para dewa dengan cara dibakar hidup-hidup.

Dengan bersusah payah, akhirnya sang raja menemukan jalan kembali pulang ke kerajaan. Begitu sampai di istana, sang raja segera memerintahkan pengawalnya untuk secepatnya membebaskan penasehat lamanya dari dalam penjara.

“Penasehatku, Aku sangat berterima kasih kepadamu. Nasehatmu yang dahulu telah terbukti baru saja pada diriku. Fan Shi Gan Ji… Karena kecacatan jari kelingkingku yang putus ini, aku dapat kembali dengan selamat hari ini...” Lalu kemudian ia menceritakan selengkap – lengkapnya pengalaman yang telah ia lalui selama melakukan perburuan.

Setelah mendengarkan cerita dari sang raja dengan seksama, dengan segera sang penasehat membungkukkan badannya sambil berkata, “Terima kasih Yang Mulia. Saya juga sangat bersyukur atas Keputusan anda menjebloskan saya ke dalam penjara, karena kalau tidak, maka mungkin saya sudah dibakar hidup-hidup dan dijadikan korban bagi para dewa suku barbar tersebut.”

Pada akhirnya, sang raja pun merasa senang dan menjadikan penasehat tersebut sebagai orang kepercayaannya selama ia menjadi raja.

========================================

Cerita singkat dari negeri China di atas mengajari kira sebuah nilai dasar, yaitu sebuah kekuatan dari perasaan bersyukur atas hidup kita, atas apa yang kita terima dan kita miliki, meskipun terkadang apa yang kita alami atau kita miliki tidak sesuai dengan harapan kita.

Saat kita berada di atas, di tengah kesuksesan maupun keberhasilan kita, di tengah sesuatu yang kita harapkan dan kita citakan, maka kita harus mampu bersyukur. Begitu pula dengan kondisi sebaliknya. Saat kita “jatuh”, berada pada posisi paling bawah dari semangat kita serta sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan harapan kita, maka kita juga perlu untuk belajar mensyukurinya.

Dalam proses kehidupan ini, tidak semua hal dapat berjalan dengan lancar ataupun mudah sesuai dengan apa yang kita harapkan. Ada kalanya kita harus menghadapi tantangan hidup yang cukup berat. Adanya kesalahpahaman, kegagalan, tipuan maupun fitnahan, sakit, bencana maupun hal-hal lain yang dapat merugikan kita yang tidak bisa kita hindarkan.

Manusia dengan kemampuan berfikir yang luar biasa dan juga bantuan alat-alat teknologi canggih yang memiliki kemampuan antisipasi tinggi terhadap sesuatu, selalu berupaya yang terbaik untuk meminimalisir kesalahan dan kegagalan, baik itu hal-hal berbahaya maupun bencana sekalipun. Namun pada kenyataannya, tidak semua hal dapat dikontol. Ada faktor “X” yang berada di luar jangkauan kita. Dalam hal ini, maka hanya Tuhan Yang Maha Besar dengan kekuatan Yang Maha Super yang bisa mengendalikan dan menentukan semuanya.

Secara manusiawi, kita selalu berupaya yang terbaik untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak kita inginkan. Namun demikian, jika hal tersebut tetap terjadi, maka yang harus kita lakukan adalah kita harus menerimanya dengan lapang dada dan bersyukurlah kepada-Nya. Bila kita berjiwa besar untuk menerima apapun yang Tuhan berikan kepada kita, baik maupun buruk, maka penderitaan kita akan terasa lebih ringan. Dan yang pasti, dapat dipastikan bahwa selalu ada sesuatu (hikmah) yang berharga dibalik permasalahan yang kita hadapi.

Maka… Bersyukurlah atas apapun yang terjadi. (cahyoizm)

Tidak ada komentar:

Masukan Anda

Masukan Anda

Name:
E-Mail:
Phone:
Website:
Tahu kami dari?:

Comments/Suggestions

Form Processing - Powered by FormBuddy.com

Free Website Hosting